
Dalam dunia perfilman, remake adalah hal yang biasa. Banyak sutradara dan studio besar yang memilih untuk menghidupkan kembali film klasik dengan tampilan modern, efek visual yang lebih canggih, dan pendekatan cerita baru.
Namun, tidak semua remake berhasil. Beberapa di antaranya justru dianggap gagal total, baik dari segi kritik, box office, maupun penerimaan publik. Kegagalan ini sering kali terjadi karena berbagai alasan: hilangnya esensi cerita asli, perubahan berlebihan, hingga keputusan kreatif yang tidak diterima baik oleh penggemar lama maupun penonton baru.
Mari kita lihat beberapa film remake yang sering disebut sebagai contoh kegagalan dalam industri perfilman.
Psycho (1998)
-
Sutradara: Gus Van Sant
-
Remake dari: Psycho (1960) karya Alfred Hitchcock
Saat Gus Van Sant memutuskan untuk membuat remake Psycho secara hampir shot-for-shot dari karya legendaris Alfred Hitchcock, banyak yang berharap melihat sentuhan baru yang menarik.
Namun, hasilnya justru mengecewakan. Film ini dinilai tidak membawa nilai tambah apa pun terhadap orisinalnya, bahkan terasa seperti duplikasi tanpa jiwa. Performances para aktor dinilai kurang kuat, dan atmosfer menegangkan khas Hitchcock hilang.
Kritikus mempertanyakan tujuan dari remake ini, dan di box office pun Psycho (1998) gagal meraih kesuksesan finansial.
The Mummy (2017)
-
Sutradara: Alex Kurtzman
-
Remake dari: The Mummy (1932) dan The Mummy (1999)
Dibintangi Tom Cruise, The Mummy (2017) dimaksudkan untuk menjadi awal dari “Dark Universe” — serangkaian film monster klasik Universal Studios. Sayangnya, film ini gagal memenuhi ekspektasi.
Beberapa alasan kegagalan:
-
Cerita terasa berantakan dan terlalu fokus memperkenalkan universe baru alih-alih membangun kisah yang solid.
-
Aksi berlebihan membuat nuansa horor khas The Mummy hilang.
-
Penokohan yang dangkal membuat penonton sulit terhubung emosional.
Secara finansial, film ini juga mengecewakan, memaksa Universal untuk membatalkan rencana ambisius mereka untuk Dark Universe.
Total Recall (2012)
-
Sutradara: Len Wiseman
-
Remake dari: Total Recall (1990) yang dibintangi Arnold Schwarzenegger
Total Recall versi 1990 dikenal karena ceritanya yang unik, efek praktikal yang inovatif, dan sentuhan humor yang khas. Saat remake 2012 dirilis, banyak yang berharap versi baru ini membawa nuansa futuristik yang lebih modern.
Namun, apa yang terjadi justru sebaliknya:
-
Film ini dinilai kehilangan keunikan dan daya tarik film aslinya.
-
Plot terasa kaku dan kurang menggugah emosi.
-
Visual yang megah tidak diimbangi dengan cerita yang kuat.
Hasilnya, Total Recall (2012) gagal di box office dan menerima banyak ulasan negatif.
Ben-Hur (2016)
-
Sutradara: Timur Bekmambetov
-
Remake dari: Ben-Hur (1959) yang memenangkan 11 Oscar
Membuat ulang Ben-Hur yang legendaris adalah tugas besar, dan sayangnya remake tahun 2016 tidak mampu mendekati kejayaan film aslinya.
Masalah utama:
-
Pengembangan karakter yang lemah.
-
Pengurangan skala epik yang membuat film aslinya begitu mengesankan.
-
Pergeseran fokus cerita yang terasa membingungkan.
Dengan budget besar sekitar $100 juta, Ben-Hur (2016) hanya mengumpulkan sekitar setengah dari biaya produksinya, menjadi salah satu kegagalan finansial besar di tahun itu.
Robocop (2014)
-
Sutradara: José Padilha
-
Remake dari: Robocop (1987)
Robocop asli adalah kritik sosial yang cerdas dikemas dalam film aksi futuristik. Remake tahun 2014 mencoba mengambil pendekatan yang lebih “bersih” dan modern, namun kehilangan keunggulan satir dan intensitas brutal dari versi aslinya.
Masalah remake ini antara lain:
-
Nada film terasa datar dan kurang berani.
-
Elemen kritis terhadap masyarakat dan perusahaan kapitalis dipermudah.
-
Desain karakter Robocop yang baru dinilai kurang ikonik.
Walaupun meraih pendapatan moderat, Robocop (2014) tidak mampu meninggalkan kesan mendalam di hati penonton maupun kritikus.
Charlie and the Chocolate Factory (2005)
-
Sutradara: Tim Burton
-
Remake dari: Willy Wonka & the Chocolate Factory (1971)
Meskipun sukses secara komersial, film ini menuai perdebatan di kalangan penggemar novel Roald Dahl maupun film klasik 1971.
Banyak kritik diarahkan pada:
-
Interpretasi karakter Willy Wonka yang lebih gelap dan eksentrik ala Johnny Depp, yang berbeda drastis dari sosok hangat yang dimainkan Gene Wilder.
-
Perubahan tone film yang lebih suram dibandingkan dengan keajaiban ceria versi lama.
Sebagian penonton merasa remake ini kehilangan “keajaiban” yang membuat cerita tersebut begitu dicintai.
Kesimpulan
Meskipun niat membuat remake sering kali berakar pada keinginan memperkenalkan kisah klasik kepada generasi baru, kenyataannya tidak semua film cocok untuk diadaptasi ulang.
Beberapa faktor kunci kegagalan film remake:
-
Kurangnya pemahaman terhadap esensi cerita asli.
-
Terlalu banyak perubahan tanpa mempertimbangkan ikatan emosional penggemar lama.
-
Fokus berlebihan pada teknologi modern ketimbang kekuatan narasi.
Remake yang berhasil adalah remake yang memahami mengapa film aslinya begitu dicintai, lalu mempersembahkan interpretasi baru yang tetap menghormati akar kisah tersebut.
Kadang, keajaiban sebuah film memang hanya terjadi sekali, dan tidak semua kisah perlu diulang.